DIKLATAMA CBP KPP TIRTO PAMUDO SUCI


TIRTO PAMUDO SUCI

Oleh : Ahmad Ma'ruf

Pada tanggal 19-21 Desember 2017 Dewan Kerja Cabang (DKC) CBP-KPP IPNU-IPPNU PC Trenggalek kembali merealisasikan program kerjanya, yaitu Diklatama.
Diklatama adalah pendidikan dan latihan pertama yang harus dilalui oleh para kader IPNU-IPPNU untuk masuk dalam barisan Corp Brigade Pembangunan (CBP) dan Korp Pelajar Putri (KPP). Dalam buku panduan CBP-KPP yang dilauncingkan oleh Pimpinan Wiayah Jawa Timur pada bulan Mei 2017 (terbaru) lalu bahwa, diklatama bukan lagi program kerja Dewan Kerja Cabang (DKC) namun program kerja Dewan Kerja Anak Cabang (DKAC).

Setelah sebelumnya sukses melaksanakan diklatama zona satu (konsorsium DKAC Pogalan-Durenan) pada tanggal 8-10 September 2017 lalu. Diklatama zona dua ini dilaksanakan di SDN Gayam kecamatan Panggul. Diklatama ini merupakan konsorsium DKAC Dongko, Panggul dan Munjungan. Antusiasme warga IPNU-IPPNU luar biasa, tercatat 78 peserta mendaftarkan dirinya. Terdiri dari 35 peserta dari Munjungan, 23 peserta dari Dongko, 16 peserta dari Panggul, 3 peserta dari Sudimoro Pacitan dan 1 peserta dari Trenggaek kota.
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh perwakilan Majelis Wilayah Cabang (MWC) kecamatan Panggul (19/12). Turut hadir para tokoh-tokoh ulama NU kecamatan Panggul, Koramil, Kapolsek dan Camat Panggul. MWC dalam sambutannya mengatakan “jadilah kader penerus Nahdhotul Ulama, jangan sampai Nahdhotul Ulama ini mati. Jika Nahdhotul Ulama mati, maka akan hancur negara ini”. Jelas memang, sampai saat ini yang  menjadi garda terdepan dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Nahdhotul Ulama.

Kegiatan diklatama yang diketuai oleh komandan Yusril (DKAC Panggu) ini mengusung tema “menumbuhkan kader yang berjiwa kebangsaan dan religius”. Saya kira relevan tema di atas, karena realita saat ini banyak generasi muda yang lalai akan bangsanya, pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan bangsa ini. Jiwa-jiwa ini mulai luntur di mata generasi muda dan perlu untuk selalu dikembangkan, oleh karena itu dalam dikatama ini diharapkan seluruh peserta sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai calon pemangku bangsa ini di masa yang akan datang.

Selama tiga hari penuh seluruh peserta digembleng baik fisik maupun mental. Dengan qounun-qounun yang teah dibacakan di awal kegiatan. Kedisiplinan sangat diperhatikan pada setiap  diklatama. Telat satu detik saja dalam menjalankan instruksi, porsi dilayangkan oleh para instruktur. Selama kegiatan berlangsung, hujan mengguyur daerah panggul dan sekitarnya, namun tidak menyurutkan mereka untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Hal itu tidak terlepas dari doktrint kuat yang diberikan oleh komandan Aris (instruktur/koordinator lapangan). Dengan nada tegas “jika kalian hanya enak-enakkan di sini, takut hujan, takut panas. Sudah balik kanan, pulang sana. NU tidak butuh generasi-generasi micin seperti kalian”.

Sudah seyogyanya kita tau bahwa, esensi dari diklatama adalah bukan merupakan ajang perpeloncohan dan senioritas. Namun untuk membentuk kader-kader Nahdhotul Ulama yang tangguh, berjiwa militan, profesional dan loyalitas tinggi. Porsi-porsi (hukuman fisik) yang diberikan oleh instruktur hanyalah untuk mengukur sebatas mana mental yang dimiliki calon anggota CBP-KPP dalam menghadapi tekanan-tekanan. Banyak alasan-alasan tidak logis dibalik pemberian porsi, namun sebenarnya di situlah titik dari permainan uji mental peserta. Jika mental peserta mampu bangkit dalam tekanan akan melawan, namun jika tidak mampu hanya pasrah akan keadaan.

Kegiatan diklatama ditutup dengan kegiatan jelajah malam, biasanya sering disebut caraka malam dan pembaiatan. Renungan hikmat komandan Imam Syafi’i menjadi pengantar prosesi pembaiatan peserta di pantai konang. Sang saka merah putih ditancapkan sebagai saksi pembaiatan anggota baru keluarga Corp Brigade Pembangunan dan Korp Pelajar Putri DKC Trenggalek.

Dalam diskusi Rencana Tindak Lanjut (RTL) pasca pembaiatan, yang diikuti oleh seluruh peserta diklatama. Diklatama zona dua konsorsium DKAC Dongko, Panggul dan Munjungan ini diberi nama TIRTO PAMUDO SUCI. Filosofi nama tersebut adalah TIRTO (bahasa jawa) yang artinya air. Karena pada waktu pelaksanaanya di bawah guyuran hujan. PAMUDO, kependekan dari Panggul Munjungan Dongko sedangkan SU kependekan dari Sudimoro dan CI kependekan dari Cinta tanah Air.

Penulis berharap semoga alumni diklatama TIRTO PAMUDO SUCI bisa menjadi kader-kader yang dapat Nahdhotul Ulama yang tangguh, berjiwa militan, profesional, loyalitas tinggi, berjiwa kebangsaan dan religius.

Goresan Pena Rekan

Panggul, 21 Desember 2017

Selamat belajar, berjuang, bertaqwa dan mengabdi. Salam permata Nusa, permata Bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resmi Dilantik, PAC IPNU IPPNU Dongko Bakal Mempererat Silaturahmi antar Ranting

Dongko, IPNU IPPNU PAC DONGKO Pimpinan Anak Cabang IPNU IPPNU Kecamatan Dongko  resmi dilantik, Minggu (05/12/2021) Prosesi pelantikan yang ...